Jelajah
IMG-LOGO
Berita Desa

Sajikan Beragam Benda Kuno dan Karya Seni Lokal, Soft Opening Museum Desa dan Galeri Seni Borobudur

Create By dain 26 December 2024 47 Views
IMG

Kawasan Borobudur memiliki destinasi wisata dan edukasi baru bernama Museum Desa dan Galeri Seni Borobudur. Pembukaan terbatas atau soft opening museum tersebut diadakan di Balkondes Karangrejo, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang pada Kamis (26/12/2024), berada di area Balkondes Karangrejo, museum ini menyimpan berbagai koleksi bersejarah mulai dari benda-benda kuno serta karya seni yang diciptakan oleh para seniman lokal di kawasan Borobudur dan sekitarnya.

Perupa sekaligus pemilik museum, Umar Chusaeni, menjelaskan latar belakang berdirinya museum ini sebagai upaya untuk melestarikan sejarah dan kebudayaan desa-desa sekitar Borobudur.

"Museum desa ini sangat penting untuk generasi muda. Borobudur, sebagai ikon wisata dunia, menjadi latar tempat yang sangat strategis untuk mendirikan museum yang memuat berbagai peninggalan sejarah bangsa Indonesia, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat desa pada zaman dulu," ungkap Umar.

Koleksi museum ini mencakup berbagai artefak yang menggambarkan kehidupan masyarakat masa lampau, mulai dari alat tulis kuno, peralatan pertanian, hingga peninggalan sejarah lainnya. "Kami menampilkan rumah petani dan rumah masyarakat biasa yang ada di desa-desa sekitar Borobudur, sehingga pengunjung dapat merasakan dan memahami kehidupan masyarakat pada masa itu," lanjut Umar.

Museum ini juga memiliki lebih dari 50 koleksi yang berkaitan langsung dengan Borobudur dan sekitarnya, serta ribuan koleksi lainnya, di antaranya adalah keris, senjata, topeng, wayang, alat transportasi kuno, buku-buku, hingga Alquran kuno. Salah satu koleksi yang menarik perhatian pengunjung adalah lukisan Borobudur terkecil yang dibuat oleh Widoyo. Sementara di sebelahnya terdapat patung Budha berbahan emas terkecil karya Cipto Purnomo, panjang patung Buddha itu hanya 5 milimeter, lebar 4 milimeter, dan tinggi 8 milimeter. Pengunjung perlu menggunakan kaca pembesar yang disediakan di dekat display untuk melihat karya seni ini secara lebih detail.

Sementara satu koleksi paling tua adalah sebuah buku abad ke-17 yang ditulis tangan dengan aksara Jawa kuno. Buku ini, yang diperkirakan berasal dari Temanggung, menceritakan tentang kehidupan pada masa itu dan menjadi salah satu peninggalan berharga di museum ini.

"Sebagian besar koleksi ini merupakan barang-barang pribadi, dikumpulkan selama 20 hingga 30 tahun. Ide untuk membuat museum desa ini muncul karena kami merasa ini sangat dibutuhkan untuk generasi yang akan datang," ujar Umar.

Bagi pengunjung yang ingin melihat koleksi museum, tiket masuknya dipatok dengan harga Rp 20.000.  "Dengan harga yang cukup terjangkau, pengunjung bisa menikmati berbagai macam koleksi yang kami sajikan, sekaligus mendapatkan pengalaman edukatif yang bermanfaat," tambah Umar.

Noer Ayudia Ajeng (17), salah seorang pengunjung Museum Desa, mengungkapkan pengalamannya saat pertama kali mengunjungi tempat tersebut. Biasanya kalau ke Magelang, saya cuma ke OHD (Museum Oei Hong Djien), tapi begitu mendengar ada Museum Desa, saya langsung kaget," ujarnya. Menurutnya, suasana museum yang mengusung tema masa lalu sangat terasa, dengan berbagai peralatan tradisional yang dipamerkan, seolah-olah membawa pengunjung kembali ke zaman dulu. "Tempatnya benar-benar memberikan kesan zaman dahulu, jadi saya kaget dan senang," tambahnya. Selain itu, pengunjung juga bisa menyaksikan pembuatan tembikar dengan tanah liat, serta kesempatan untuk berfoto dan belajar lebih dalam. "Bukan hanya sekadar tempat wisata, tapi juga ada edukasi yang bisa didapatkan," tuturnya. (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Soft Opening Museum Desa dan Galeri Seni Borobudur, Sajikan Beragam Benda Kuno dan Karya Seni Lokal, source

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Muhammad Fatoni